Mumpung masih di bulan Syawal, semoga ucapan ini belum basi. Siap-siap, karena mungkin akan sedikit panjang, kayak barang yang udah lama nyangkut di keranjang online shop: telat checkout-nya. Tapi yang satu ini niatnya beneran, sungguh-sungguh.
Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.
Maaf kalau sedari awal kenal sampai detik ini aku pernah (atau mungkin masih) jadi orang yang terlalu ramai sendiri. Terlalu antusias sendiri, kadang muncul tanpa aba-aba, dan mungkin bikin kamu ngerasa, “ini orang gak capek apa ya, ngomong mulu?”
Belakangan aku sadar, bahwa gak semua hal yang niatnya baik bisa nyaman untuk diterima, apalagi kalau datangnya tiba-tiba, tanpa permisi, dan dengan volume penuh. Mungkin aku pernah melewati batas, tanpa sadar, atau lebih tepatnya: tanpa paham.
Jadi kalau pernah ada hal-hal yang bikin kamu risih, males, atau mungkin kamu cuma pengen diem tapi aku malah nyamber terus... maaf ya. Mungkin saat itu aku cuma lagi sok tahu tentang cara hadir di hidup orang lain, padahal belum cukup ngerti cara bersikap sewajarnya.
Dan satu hal lagi, aku juga sadar, mungkin aku sudah terlalu banyak menyita waktumu. Waktu yang seharusnya bisa kamu pakai buat hal-hal yang lebih penting, lebih tenang, atau lebih berguna, malah habis buat ngeladeni orang yang kadang gak jelas ini. Padahal sebenarnya kamu punya hak penuh untuk gak menghiraukan semua itu. Tapi kamu tetap ada, atau setidaknya masih berusaha sabar... dan untuk itu, aku berterima kasih.
Tapi dari sekian banyak kata-kataku yang kadang gak perlu, yang aneh, yang gak jelas, semoga ada satu dua yang nyampe. Termasuk ucapan ini. Karena ini bukan sekadar basa-basi, tapi bentuk kecil dari rasa hormat yang belum tentu selalu bisa aku tunjukkan dengan cara yang benar.
Semoga di bulan maaf–memaafkan ini akan tetap membawa kelapangan hati, bahkan saat ucapannya datang dari orang yang pikirannya kadang sempit.
No comments:
Post a Comment