![]() |
Kredit foto: Official website the-afc.com |
Timnas Indonesia meraih kemenangan tipis namun penuh makna: 1-0 atas China, sebuah skor yang membuka gerbang menuju ronde keempat kualifikasi yang akan digelar Oktober mendatang di Arab Saudi dan Qatar. Gol tunggal itu datang dengan sunyi yang mendebarkan. Ole Romeny, seorang penyerang yang selama ini menjadi kepingan puzzle yang hilang dari skuat Timnas Indonesia, berdiri gagah di titik dua belas pas. Nafas tertahan, waktu seolah membeku, dan seisi stadion pun turut berharap cemas. Lalu, dengan satu langkah mantap dan sepakan menyusur tanah yang meluncur ke sisi kiri gawang, menipu penjaga gawang China yang melompat ke arah sebaliknya. Dan, GOLLL... Stadion pun meledak dalam gegap gempita, dalam riuh syukur dan pelukan-pelukan yang tak ingin lepas.
Kemenangan ini diraih di tengah badai absennya para pemain kunci. Marselino Ferdinan dan Maarten Paes harus menepi karena akumulasi kartu kuning. Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen yang sedang dibekap cedera, sementara Eliano Reijnders tidak ikut serta karena mendampingi istrinya yang tengah melahirkan. Namun, dari keterbatasan itu justru tercipta kesempatan bagi pemain yang lain untuk menunjukkan tajinya.
Salah satunya adalah kembalinya seorang tokoh lama: Stefano Lilipaly. Setelah terakhir kali membela Merah Putih pada Agustus 2023, malam itu ia kembali berlari membawa semangat, pengalaman, dan keteduhan dalam setiap sentuhan bolanya. Suaranya menggema, geraknya menular, dan kehadirannya seakan mengingatkan pada khalayak bahwa darah Garuda tak pernah betul-betul hilang dari nadinya.
Tidak hanya itu, malam itu juga menjadi panggung pertama bagi Beckham Putra di era kepelatihan yang baru. Debutan muda yang langsung menyatu dalam irama tim. Ia nampak tidak canggung sama sekali, juga tak gentar menghadapi lawan, dan justru berkali-kali menyulitkan lini belakang China. Beberapa peluang berbahaya yang tercipta berasal dari kecepatannya, keberaniannya, dan ketajaman instingnya dalam membaca ruang.
Di bawah mistar, ada nama lain yang juga menorehkan debutnya dengan gemilang: Emil Audero, kiper yang sempat membela klub-klub besar di Seri A Italia seperti Juventus, Venezia, Sampdoria, Inter Milan, dan Como 1907. Ia tidak hanya menjaga gawang, tapi menjaga mimpi seluruh negeri. Beberapa kali ia terbang, menjatuhkan diri, dan menepis bola dengan refleks tajam, menggagalkan peluang emas yang hampir saja membungkam seisi stadion.
Kemudian di poros tengah, ada sosok Joey Pelupessy. Ia bukan hanya sekadar gelandang bertahan, tetapi juga pemilik ritme permainan pada malam itu. Seperti metronom yang dijalankan dengan presisi ala Pirlo, ia menjaga tempo, menyeimbangkan serangan dan pertahanan, serta menjadi penghubung antar lini yang membuat alur permainan Indonesia begitu rapi dan terstruktur.
Semua ini menunjukkan satu hal yang tidak terbantahkan: padunya permainan timnas Indonesia. Tidak ada ego, tidak ada keretakan. Yang ada adalah kekompakan yang lahir dari keyakinan bersama bahwa mereka sedang menapaki sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertandingan. Mereka adalah simbol dari harapan, dari kerja keras, dari mimpi yang kini mulai terasa bisa disentuh.
Lini ke lini berbicara dalam bahasa yang sama. Pertahanan disiplin, lini tengah bekerja tanpa lelah, dan lini serang yang berani menusuk ke jantung pertahanan lawan. segenap pemain dari Liga 1 yang bermain pada malam itu seperti Egy Maulana Vikri, Ricky Kambuaya, Yakob Sayuri, Rizky Ridho, Beckham Putra, dan Stefano Lilipaly menunjukkan bahwa Liga sepak bola dalam negeri memiliki kualitas yang tidak kalah dengan para pemain yang berkarir di luar negeri. Kehadiran mereka bukan hanya sebagai penghangat bangku cadangan saja, tetapi juga menjadi pelengkap yang sanggup mengubah arah cerita.
Begitulah malam itu ditutup: dengan pelukan, dengan nyanyian, dan dengan keyakinan. Bahwa kali ini, Garuda benar-benar siap terbang lebih tinggi. Bahwa mimpi itu tak lagi terlalu jauh untuk diraih. Bahwa kita bukan lagi penonton tetap di pinggir panggung, kita kini telah menjadi bagian dari cerita besar sepak bola dunia. Dari Senayan, kita menatap langit dengan satu harap: biarkan bintang-bintang di langit Timur Tengah nanti yang akan menjadi saksi bisu Timnas Indonesia menapaki jejak di panggung agung Piala Dunia 2026.
No comments:
Post a Comment